Selasa, 24 Oktober 2017

Pengendalian Personil (User TI)



Menurut Mulyadi ( 2001, p163 ) sistem pengendalian personil meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran – ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Menurut Ron Weber ( 1999, p35 ) “ A control is a system that prevents, detects, or corrects unlawful events can be arise unauthorized, inaccurate, incomplete, redundant, ineffective, or inefficient”. ( Pengendalian internal adalah suatu sistem untuk mencegah,mendeteksi, mengkoreksi kejadian yang timbul saat transaksi dari serangkaian pemrosesan yang tidak terotorisasi secara sah, tidak akurat, tidak lengkap, mengandung redudansi, tidak efektif dan tidak efisien ). Dengan demikian, tujuan dari pengendalian adalah untuk mengurangi resiko atau mengurangi pengaruh yang sifatnya merugikan akibat suatu kejadian. Maka pengendalian dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu :


a.    Preventive Control
Pengendalian ini digunakan untuk mencegah masalah sebelum masalah tersebut muncul
b.    Detective Control
Pengendalian ini digunakan untuk menemukan masalah yang berhubungan dengan pengendalian segera setelah masalah tersebut muncul.
c.     Corrective Control
Pengendalian ini digunakan untuk memperbaiki masalah yang ditemukan pada pengendalian Detective Pengendalian ini mencakup prosedur untuk menentukan penyebab masalah yang timbul, memodifikasi sistem proses. Dengan demikian dapat memcegah kejadian yang sama dimasa yang akan datang. 


Tujuan sistem pengendalian personil
Menurut Mulyadi ( 2001, p163 ), mengungkapkan empat tujuan sistem pengendalian, yaitu:
a.    Menjaga kekayaan organisasi
b.    Mengecek keltelitian dan kehandalan data akuntansi
c.     Mendorong efisiensi
d.    Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen


User adalah pihak yang bertanggung jawab dalam pengembangan sistem informasi, pemrosesan dan penggunaan keluaran sistem informasi.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Tujuan tersebut meliputi efisiensi dan efektivitas operasi, keandalan pelaporan keuangan, serta ketaatan pada hukum dan pelaporan.


Tanggung jawab atas pengendalian intern berbeda antara manajemen dan auditor. Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan dan menyelenggarakan pengendalian intern entitas. Sebaliknya, tanggung jawab auditor mencakup memahami dan menguji pengendalian intern atas pelaporan keuangan. Auditor harus memiliki pemahaman yang cukup tentang entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internnya, untuk menilai apakah risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan disebabkan oleh error atau fraud. Auditor terutama berfokus pada pengendalian yang berhubungan reliabilitas pelaporan keuangan. Laporan keuangan mungkin tidak sesuai dengan standar pelaporan, jika pengendalian intern atas pelaporan keuangan tidak memadai (Arens, dkk, 2012).


COSO’s Internal Control-Integrated Framework, menguraikan lima komponen pengendalian intern (Arens, dkk, 2012), yaitu:

1.       Control Environment (lingkungan pengendalian)
Lingkungan pengendalian merupakan fondasi untuk pengendalian intern yang efektif. Lingkungan pengendalian terdiri atas tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan sikap manajemen puncak, para direktur, dan pemilik entitas secara keseluruhan mengenai pengendalian intern serta arti pentingnya bagi entitas itu. Untuk memahami dan menilai lingkungan pengendalian, auditor harus mempertimbangkan sub komponen dari lingkungan
2.       Risk Assessment (penilaian risiko)
Penilaian risiko atas pelaporan keuangan merupakan tindakan yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menganalisis risikorisiko yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan standar. Auditor akan memperoleh pengetahuan tentang proses penilaian risiko oleh manajemen dengan memanfaatkan kuesioner dan diskusi dengan manajemen
3.       Control Activities (aktivitas pengendalian)
Aktivitas pengendalian merupakan berbagai kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat telah dilakukan untuk menangani berbagai risiko yang telah diidentifikasi perusahaan. Aktivitas pengendalian dapat dikelompokkan ke dalam dua ketegori yaitu physical controls dan information technology (IT) controls (Hall, 2011). IT controls berkaitan dengan sistem teknologi informasi, yang terdiri dari general dan application control. Physical control berhubungan dengan sistem akuntansi tradisional yang menggunakan prosedur manual.
4.       Information and Communications (informasi dan komunikasi)
Tujuan sistem informasi dan komunikasi akuntansi dari entitas adalah untuk memulai, mencatat, memroses, dan melaporkan transaksi yang dilakukan perusahaan klien serta mempertahankan akuntabilitas aktiva terkait. Kualitas dari informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi berdampak pada kemampuan pihak manajemen untuk melakukan tindakan dan mengambil keputusan sehubungan dengan operasi perusahaan serta untuk membuat laporan keuangan yang andal.
5.       Monitoring (pengawasan)
Aktivitas pemantauan berhubungan dengan penilaian mutu pengendalian intern secara berkelanjutan atau periodik oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian itu telah beroperasi seperti yang diharapkan, dan telah dimodifikasi sesuai dengan perubahan kondisi. Auditor eksternal dapat berkomunikasi dengan auditor intern untuk memahami penerapan pemantauan yang independen dalam perusahaan klien.

Peran penting pengendalian personil
Ø  Membantu manajemen dalam mengendalikan dan memastikan keberhasilan kegiatan organisasi.
Ø  Menciptakan pengawasan melekat, menutupi   kelemahan dan keterbatasan personel, serta mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan.
Ø  Membantu auditor dalam menentukan ukuran sampel dan pendekatan audit yang akan diterapkan.
Ø  Membantu auditor dalam memastikan efektifitas
Ø  audit, dengan keterbatasan waktu dan biaya audit

Keterbatasan pengendalian Personil
Ø  Kekeliruan pengoperasian sistem (mistake in judgement) karena terbatasnya informasi dan waktu, karena tekanan lingkungan, atau karena terbatasnya kemampuan, meskipun SPI sudah dilengkapi dengan pedoman penyelesaian masalah.
Ø  Pelanggaran sistem (breakdowns), baik disengaja atau tidak, misalnya karena kesalahan interpretasi, kecerobohan, gangguan lingkungan, perubahan personalia, atau perubahan sistem dan prosedur.
Ø  Kolusi, atau kerjasama negatif sekelompok orang.
Ø  Pelanggaran dengan sengaja oleh manajemen (management override)
Ø  Dilema biaya-manfaat (costs versus benefits).
 



Sumber

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar